Senin, 16 April 2012

MERAWAT KATA



Kekasih, Kemarau kali ini, Tidak ada jingga, Tidak ada jingga
Pay Djarot Sudjarwo

“kekasih, nyanyikan aku sebuah sajak cinta di ujung senja dengan jingga yang penuh nyala”

aku terngiang permohonanmu manjamu, manis
setiap sabtu sore, dulu kita sering, mengantar matahari pergi dan menjemput
kedatangan jelaga, di pinggiran kapuas, bersama bocah-bocah melayu telanjang
yang berkecipak riang, betapa jingga senja menjadi alasan paling berharga bagiku
untuk menyanyikan sajak – sajak cinta. ”kepadamu sajak sederhana ini kupersembahkan.”kira-kira demikian kututup sajakku  dengan badan sedikit membungkuk. kau tersenyum manis. seperti aktor di sinetron-sinetron remaja, kurangkul pundakmu, kupinjamkan dada tipisku untuk kepalamu bersanda.
selanjutnya, kuyakin kau masih mengingatnya, mata kita sama-sama menatap barat cakrawala demi jingga yang begitu sempurna. Indah dan sangat menggoda.

manis, aku terngiang permohonan manjamu. tentang sebuah sajak cinta.
tentang jingga senja yang penuh menyala. ”kekasih, suatu hari aku akan meminta kau menyanyikan kembali” begitu ucapanmu sebelum kau pergi. Kau akan memintanya kembali manis? Angka-angka kalender tanggalan, hujan berganti kemarau. Kuulangi manis, hujan berganti kemarau kuulangi manis,hujan berganti kemarau. Kemarau, musim kita merawat romantisme-seperti anak-anak yang baru masuk sma, seperti film india, juga telenovela-tentu saja ada jingga senja keindahan begitu rupa.

Sebelum kau pergi pada tahun-tahun yang lewat, sempat pula suara lirihmu berbisik bahwa akan kembali. Melewati sore, ikut riang dengan kecipak senag bocah-bocah melayu telanjang di sungai terpanjang, tapi manis, kemarau kali ini memaksaku berharap kau tak kembali.sebab  jingga yang kurindukan, tak pernah lagi menghiasi cakrawala. Kemarau kali ini terasa begitu panjang, begitu panjang, begitu menyesakkan, tak ada kecipak di atas kapuas, kumohon, jangan datang pada kemarau kali ini.

(belantara katulistiwa masih merah menyala
asap tebal menghiasi cakrawala
tidak ada jingga
tidak ada jingga)

Pontianak
Tepian Kapuas, Oktober 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar