SEJARAH DOA
Doa adalah
ritual yang tidak bisa dipisahkan dari kehudupan manusia. Kehadirannya bagaikan
mata air yang menghadirkan kesejukan ditengah padang pasir. Doa bagi manusia
bagaikan media, saluran dan sinyal yang menghubungkannya dengan Sang pencipta.
Doa adalah sebuah harapan yang membuat manusia tidak pernah merasa takut dan selalu merasa dekat dengan Allah
Swt.
Berbicara
tentang doa, tentu kita ingin tahu kapan sih
doa itu mulai ada? Bagai mana doa mulai dikenal oleh manusia?
Ternyata, doa
sudah dikenal oleh manusia pertama (Nabi Adam as) diciptakan oleh Allah Swt.
Ketika Nabi Adam diciptakan ruhnya oleh Allah Swt, doa kemudian diajarkan
berbagai ilmu loeh Allah Swt.
Allah
mahatahu bahwa manusia itu lemah. Ilmu pertama yang dibekalkan pada Adam adalah
ilmu tentang tata cara berdoa dan memohon kepada Allah. Dalam kitab “khazinatul Asrar” yang dikutib oleh
Labib, MZ dalam buku “pedoman doa dan
zikir Mujarob beserta wirid-wirid” menerangkan uraian tentang sejarah surat
AL-Fatihah yang membuktikan hal ini. Dalam kitab tersebut dikatakan bahwa
setelah Nabi Adam diciptakan dan ruh ditiupkan padanya, kemudian Allah
mengajarkan padanya tentang tata cara berdoa. Dan doa pertama yang diucapkan
oleh Nabi Adam adalah:
“Tunjukilah
kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat.”(QS.Al-Fatihah:6-7)
Hal tersebut merupakan
pengalaman tertama Nabi Adam berdoa. Keterikatan Nabi Adam sebagai manusia
terhadap doa tidak berhenti di situ saja. Perasaan akan butuh Allah, butuh
untuk berdoa itu terus menerus hadir dan diilhami dalam hatinya. Begitupun
ketika Nabi Adam dan Hawa melakukan kekhilafan, melanggar larangan Allah agar
tidak memakan buah khuldi. Kegigihan dan kelicikan iblis telah membuat hati
mereka lemah dan lupa dengan peringatan Allah. Mereka pun memetik dan memakan
buah khuldi yang dilarang oleh Allah Swt. Mereka berdua menyesal dan memohon ampun pada Allah, Allah kemudian
mengilhami keduanya untuk berdoa, yang kemudian diabadikan oleh Allah Swt dalam
Al-Quran.
(23)
"Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau
tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami
termasuk orang-orang yang merugi”.
Demikianlah sejarah
mencatat. Selanjutnya, doa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Semua
Nabi dan Rasul tidak putus berdoa memohon campur tangan Allah dalam perjuangan
dakwahnya. Tak satu pun para Nabi dan Rasul yang berlepas diri dari doa dan
pertolongan Allah. Dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad saw, menyandingkan kerja
keras serta perjuangannya dengan doa yang tiada putus-putus.
Doa
tidak hanya dikenal dalam Islam. Hampir semua manusia mengenal doa, tetapi
kepada siapa doa itu ditujukan bergantung pada kepercayaan dan keyakinan mereka
masing-masing. Manusia yang meyakini Tuhannya Allah, akan berdoa kepada Allah.
Sementara itu, manusia tidak bertuhan pada Allah berdoa pada Tuhan yang mereka
yakini. Ada berdoa pada gunung, batu, kayu, api, dan sebagainya. Intinya, semua
manusia punya ritual dan kecendrungan berdoa. Doa merupakan kebutuhan rohani
tersendiri bagi manusia.
Membaca
sajarah doa tadi terlihat jelas bahwa doa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Doa sudah memiliki umur sejarah yang hampir sama tuanya dengan umur
sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Doa merupakan tradisi, insting,
keinginan, dan budaya yang diciptakan oleh Allah untuk menemani kecendirian,
keputusasaan dan ketidakberdayaan manusia. Sehingga, dengan adanya melakukan
ritual doa manusia senantiasa merasa memiliki harapan, kekuatan dan mengarungi
beratnya beban hidup di dunia. Manusia merasa bahwa Tuhan tidak pernah
menyia-nyiakan kehidupannya. Doa adalah harapan dan doa adalah kekuatan yang
diberikan dalam bentuk pada diri manusia. (NS, 2002:1-4).