Minggu, 17 November 2013

Laporan Praktik Kerja Lapangan di SMP Negeri 11 Tanjungpinang. Mahasiswa UMRAH INDRA


SEJARAH DOA

Doa adalah ritual yang tidak bisa dipisahkan dari kehudupan manusia. Kehadirannya bagaikan mata air yang menghadirkan kesejukan ditengah padang pasir. Doa bagi manusia bagaikan media, saluran dan sinyal yang menghubungkannya dengan Sang pencipta. Doa adalah sebuah harapan yang membuat manusia tidak pernah merasa  takut dan selalu merasa dekat dengan Allah Swt.
Berbicara tentang doa, tentu kita ingin tahu kapan sih doa itu mulai ada? Bagai mana doa mulai dikenal oleh manusia?
Ternyata, doa sudah dikenal oleh manusia pertama (Nabi Adam as) diciptakan oleh Allah Swt. Ketika Nabi Adam diciptakan ruhnya oleh Allah Swt, doa kemudian diajarkan berbagai ilmu loeh Allah Swt.
Allah mahatahu bahwa manusia itu lemah. Ilmu pertama yang dibekalkan pada Adam adalah ilmu tentang tata cara berdoa dan memohon kepada Allah. Dalam kitab “khazinatul Asrar” yang dikutib oleh Labib, MZ dalam buku “pedoman doa dan zikir Mujarob beserta wirid-wirid” menerangkan uraian tentang sejarah surat AL-Fatihah yang membuktikan hal ini. Dalam kitab tersebut dikatakan bahwa setelah Nabi Adam diciptakan dan ruh ditiupkan padanya, kemudian Allah mengajarkan padanya tentang tata cara berdoa. Dan doa pertama yang diucapkan oleh Nabi Adam adalah: 

“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”(QS.Al-Fatihah:6-7)

                Hal tersebut merupakan pengalaman tertama Nabi Adam berdoa. Keterikatan Nabi Adam sebagai manusia terhadap doa tidak berhenti di situ saja. Perasaan akan butuh Allah, butuh untuk berdoa itu terus menerus hadir dan diilhami dalam hatinya. Begitupun ketika Nabi Adam dan Hawa melakukan kekhilafan, melanggar larangan Allah agar tidak memakan buah khuldi. Kegigihan dan kelicikan iblis telah membuat hati mereka lemah dan lupa dengan peringatan Allah. Mereka pun memetik dan memakan buah khuldi yang dilarang oleh Allah Swt. Mereka berdua menyesal  dan memohon ampun pada Allah, Allah kemudian mengilhami keduanya untuk berdoa, yang kemudian diabadikan oleh Allah Swt dalam Al-Quran.
 
(23) "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.

                Demikianlah sejarah mencatat. Selanjutnya, doa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Semua Nabi dan Rasul tidak putus berdoa memohon campur tangan Allah dalam perjuangan dakwahnya. Tak satu pun para Nabi dan Rasul yang berlepas diri dari doa dan pertolongan Allah. Dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad saw, menyandingkan kerja keras serta perjuangannya dengan doa yang tiada putus-putus.
            Doa tidak hanya dikenal dalam Islam. Hampir semua manusia mengenal doa, tetapi kepada siapa doa itu ditujukan bergantung pada kepercayaan dan keyakinan mereka masing-masing. Manusia yang meyakini Tuhannya Allah, akan berdoa kepada Allah. Sementara itu, manusia tidak bertuhan pada Allah berdoa pada Tuhan yang mereka yakini. Ada berdoa pada gunung, batu, kayu, api, dan sebagainya. Intinya, semua manusia punya ritual dan kecendrungan berdoa. Doa merupakan kebutuhan rohani tersendiri bagi manusia.
            Membaca sajarah doa tadi terlihat jelas bahwa doa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Doa sudah memiliki umur sejarah yang hampir sama tuanya dengan umur sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Doa merupakan tradisi, insting, keinginan, dan budaya yang diciptakan oleh Allah untuk menemani kecendirian, keputusasaan dan ketidakberdayaan manusia. Sehingga, dengan adanya melakukan ritual doa manusia senantiasa merasa memiliki harapan, kekuatan dan mengarungi beratnya beban hidup di dunia. Manusia merasa bahwa Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan kehidupannya. Doa adalah harapan dan doa adalah kekuatan yang diberikan dalam bentuk pada diri manusia. (NS, 2002:1-4).

SAJARAH DOA


SEJARAH DOA

Doa adalah ritual yang tidak bisa dipisahkan dari kehudupan manusia. Kehadirannya bagaikan mata air yang menghadirkan kesejukan ditengah padang pasir. Doa bagi manusia bagaikan media, saluran dan sinyal yang menghubungkannya dengan Sang pencipta. Doa adalah sebuah harapan yang membuat manusia tidak pernah merasa  takut dan selalu merasa dekat dengan Allah Swt.
Berbicara tentang doa, tentu kita ingin tahu kapan sih doa itu mulai ada? Bagai mana doa mulai dikenal oleh manusia?
Ternyata, doa sudah dikenal oleh manusia pertama (Nabi Adam as) diciptakan oleh Allah Swt. Ketika Nabi Adam diciptakan ruhnya oleh Allah Swt, doa kemudian diajarkan berbagai ilmu loeh Allah Swt.
Allah mahatahu bahwa manusia itu lemah. Ilmu pertama yang dibekalkan pada Adam adalah ilmu tentang tata cara berdoa dan memohon kepada Allah. Dalam kitab “khazinatul Asrar” yang dikutib oleh Labib, MZ dalam buku “pedoman doa dan zikir Mujarob beserta wirid-wirid” menerangkan uraian tentang sejarah surat AL-Fatihah yang membuktikan hal ini. Dalam kitab tersebut dikatakan bahwa setelah Nabi Adam diciptakan dan ruh ditiupkan padanya, kemudian Allah mengajarkan padanya tentang tata cara berdoa. Dan doa pertama yang diucapkan oleh Nabi Adam adalah: 

“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”(QS.Al-Fatihah:6-7)

                Hal tersebut merupakan pengalaman tertama Nabi Adam berdoa. Keterikatan Nabi Adam sebagai manusia terhadap doa tidak berhenti di situ saja. Perasaan akan butuh Allah, butuh untuk berdoa itu terus menerus hadir dan diilhami dalam hatinya. Begitupun ketika Nabi Adam dan Hawa melakukan kekhilafan, melanggar larangan Allah agar tidak memakan buah khuldi. Kegigihan dan kelicikan iblis telah membuat hati mereka lemah dan lupa dengan peringatan Allah. Mereka pun memetik dan memakan buah khuldi yang dilarang oleh Allah Swt. Mereka berdua menyesal  dan memohon ampun pada Allah, Allah kemudian mengilhami keduanya untuk berdoa, yang kemudian diabadikan oleh Allah Swt dalam Al-Quran.
 
(23) "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.

                Demikianlah sejarah mencatat. Selanjutnya, doa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Semua Nabi dan Rasul tidak putus berdoa memohon campur tangan Allah dalam perjuangan dakwahnya. Tak satu pun para Nabi dan Rasul yang berlepas diri dari doa dan pertolongan Allah. Dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad saw, menyandingkan kerja keras serta perjuangannya dengan doa yang tiada putus-putus.
            Doa tidak hanya dikenal dalam Islam. Hampir semua manusia mengenal doa, tetapi kepada siapa doa itu ditujukan bergantung pada kepercayaan dan keyakinan mereka masing-masing. Manusia yang meyakini Tuhannya Allah, akan berdoa kepada Allah. Sementara itu, manusia tidak bertuhan pada Allah berdoa pada Tuhan yang mereka yakini. Ada berdoa pada gunung, batu, kayu, api, dan sebagainya. Intinya, semua manusia punya ritual dan kecendrungan berdoa. Doa merupakan kebutuhan rohani tersendiri bagi manusia.
            Membaca sajarah doa tadi terlihat jelas bahwa doa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Doa sudah memiliki umur sejarah yang hampir sama tuanya dengan umur sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Doa merupakan tradisi, insting, keinginan, dan budaya yang diciptakan oleh Allah untuk menemani kecendirian, keputusasaan dan ketidakberdayaan manusia. Sehingga, dengan adanya melakukan ritual doa manusia senantiasa merasa memiliki harapan, kekuatan dan mengarungi beratnya beban hidup di dunia. Manusia merasa bahwa Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan kehidupannya. Doa adalah harapan dan doa adalah kekuatan yang diberikan dalam bentuk pada diri manusia. (NS, 2002:1-4).

LAMBANG KABUPATEN TEBO-JAMBI

 
 
 
 
 

Perisai persegi lima melambangkan Rukun Islam dan Ideologi Pancasila Kubah Mesjid melambangkan bahwa mayoritas Penduduk Kabupaten Tebo beragama Islam Pintu atau kotak-kotak pada kubah mesjid yang terdiri dari enam buah melambangkan bahwa pada saat pembentukan Kabupaten Tebo terdiri dari enam kecamatan Padi nan duo belas kapas nan sepuluh melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran serta tanggal bulan berdirinya Kabupaten Tebo Rantai sembilan di sebelah kanan dan sembilan di sebelah kiri melambangkan persatuan dan kesatuan serta tahun berdirinya Kabupaten Tebo Kajang Lako melambangkan kebesaran dan merupakan alat transportasi pada masa Kesultanan Jambi Gong melambangkan salah satu alat komunikasi dan alat kesenian masyarakat Kabupaten Tebo Tali berpintal tigo yang mengikat gong melambangkan kesenian adat, syara' dan Pemrintah Keris berlengkuk tujuh yang tidak memakai ulu melambangkan kepatuhan terhadap hukum serta semangat menolak yang bathil dan khufur, tujuh bilangan ganjil berarti tidak memihak Galah dan Dayung, Galah adalah menunjukkan tekat untuk maju dan penolakan terhadap budaya asing yang negatif, Dayung adalah tanda kekompakan, kebersamaan dan bahu membahu untuk mencapai tujuan bersama Sungai melambangkan bahwa Kabupaten Tebo didominasi oleh daerah aliran sungai dan juga merupakan sarana transportasi masyarakat Pita yang bertuliskan "SEENTAK GALAH SERENGKUH DAYUNG" melambangkan identitas sosial, jatidiri, masyarakat Kabupaten Tebo. Keluk Paku dalam Tudung layar Kajang Lako melambangkan ragam hias Kabupaten Tebo.

KABUPATEN TEBO_JAMBI

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tebo