Kritik sosial adalah salah satu bentuk
komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai control
terhadap jalannya suatu system sosial
atau proses bermasyarakat. Menurut Marbun,
kritik sosial
merupakan frase yang terdiri dari dua kata yaitu kritik dan sosial masyarakat. Adapun yang
dimaksud dengan kritik adalah suatu tanggapan atau kecaman yang kadang-kadang
disertai dengan uraian dan pertimbangan baik maupun buruknya suatu hasil karya, pendapat, dsb
(1996:359). Sementara di sisi lain, Webster
menjelaskan bahwa kata kritik berasal dari bahasa Latin criticus atau bahasa
Yunani kritikos yang berarti a judge atau dari kata kinnea yang berarti to
judge (1983:432).Sementara itu sosial memiliki pengertian ”having to do with human beings living
together as a group in a situation that they have dealing with another” (Webster, 1983:1723).
Berdasarkan definisi
dari dua kata tersebut, Astrid Susanto
seperti yang dikutip oleh Mafud
(1997:47) mengambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kritik sosial masyarakat adalah suatu
aktifitas yang berhubungan dengan penilaian (juggling), perbandingan
(comparing), dan pengungkapan (revealing) mengenai kondisi sosial suatu masyarakat
yang terkait dengan nilai-nilai yang dianut ataupun nilai-nilai yang dijadikan
pedoman. Kritik sosialmasyarakat juga dapat diartikan dengan penilaian atau
pengkajian
keadaan masyarakat pada suatu saat (Mahfud, 1957:5). Dengan kata lain dapat
dikatakan, kritik sosial masyarakat sebagai tindakan adalah membandingkan
serta mengamati secara teliti dan melihat perkembangan secara cermat tentang baik atau buruknya
kualitas suatu masyarakat. Adapun tindakan mengkritik dapat dilakukan oleh
siapapun termasuk sastrawan dan kritik sosial masyarakat merupakan suatu
variable penting dalam memelihara system sosial yang ada.
Nilai-nilai
Kritik Sosial dalam Sastra
SASTRA merupakan
salah satu cara mengungkapkan ekpresi jiwa, perasaan, pikiran di tengah suasana
yang hidup, bukan ruang kosong. Sastra bukan hanya mencitrakan nilai estetis,
tetapi memiliki nilai pesan moral yang dalam, mengena dan lugas.Tak hanya itu,
sastra dipandang paling ampuh dalam melakukan kritik sosial, kekuasaan dan
sebuah tatanan yang menyimpang dari kelaziman.
Relasi sastra dengan keadaan
masyarakat merupakan hubungan dialektis, yang saling mempengaruhi
perkembangannya.Posisi sastra harus menempatkan tema pesan sesuai dengan tingkat
peradaban masyarakat.
Dalam sastra mengandung dimensi
makna yang sangat luas, tergantung pelakunya. Seperti sastrawan atau budayawan Erizal
Norman, sapaan
akrab Erizal tempoyak, apa
yang dikaryakan memantik pesan sosial dan religius. Sumber inspirasinya adalah
bermula dari sikap, ide dan pandangan dia terhadap realitas yang mengitarinya.
Jabrohim, seorang
sastrawan “akademis” menyatakan bahwa sebuah hasil karya sastra yang genuin
(asli) adalah karya yang memiliki hubungan timbal balik antara sastrawan
melalui karya sastranya dengan masyarakat.
Memang suatu hal yang tidak dapat
dipungkiri bahwa seorang penyair senantiasa dipengaruhi oleh ruang dan
waktu.Setiap penyair pasti tidak hidup dalam ruang yang hampa, tetapi dinamis
dan kompleks.Sehingga hasil sebuah sastra bukanlah berdiri sendiri (otonom),
melainkan sesuatu yang terikat erat dengan situasi dan kondisi lingkungan
tempat karya itu dilahirkan.
Untuk menyelami siratan makna
sastra, kata Jabrohim, dapat melalui
dua pendekatan, yaitu pendekatan sosiologis dan religius.Dengan pendekatan
sosiologis, maka akumulai dari konteks sosial sastrawan, cermin masyarakat dan
fungsi sosialnya dapat terbaca secara komprehensif. Sedangkan dengan pendekatan
religius, maka nilai-nilai sastra terlihat menyiratkan inti (core)
kualitas hidup manusia, dan harus dimaknakan sebagai rasa rindu, rasa ingin
bersatu, rasa ingin berada bersama dengan sesuatu yang abstrak (Tuhan).
Kalau kita mau baca kumpulan
puisi-puisi yang ditulis oleh Erizal
Norman,
misalnya, kita akan mendapatkan siratan makna yang bersifat sosio-religius.
Siratan makna puisi tersebut berupa ekspresi dari kegelisahan, penderitaan, dan
keprihatinan seorang penyair yang melihat berbagai ketimpangan sosial yang
melingkupinya.
Selain itu, puisi semacam itu
juga menampilkan kegelisahan religius penyairnya sebagai akibat interaksi
sosial dan kerinduan kepada Tuhan serta sikap-sikap religius yang lain.
Lahirnya sebuah sastra tentu
berangkat dari alam pikir yang cerdas dan hati yang lembut.Sebab sastra mencerdaskan
merupakan sarat dengan nilai-nilai yang dihayati penyair atau sastrawan serta
keyakinannya yang melandasi pikiran terhadap lingkungannya, hidup dan
kehidupannya.Semua pengalaman menjadi ide karya untuk dikembangkan melalui
kemampuan imajinasi, dengan pendalaman masalah, lewat wawasan pemikiran dan
sebagainya, sehingga melahirkan suatu karya yang benar-benar utuh dan bulat.
Sastra yang mencerdaskan harus
mengungkap segi-segi sosial yang bersifat etis, terapis, konseptualis, dan
kritis yang memihak pada golongan yang lemah. Dengan demikian, sastra yang
bernilai tinggi adalah cermin dari kultur masyarakat, bahkan bagian dari
karakter masyarakat itu sendiri.
Pengaruh Sosial masyarakat terhadap tokoh-tokoh
masyarakat dan adat istiadat
Tokoh masyarakat.Tokoh
masyarakat adalah orang-orang yang memiliki pengaruh pada masyarakat.Tokoh
masyarakat ada yang bersifat formal dan informal.Tokoh yang bersifat formal
adalah yang diangkat dan dipilih oleh lembaga negara dan bersifat
struktural.Contohnya : camat, lurah atau anggota dewan perwakilan rakyat. Tokoh
masyarakat yang bersifat informal adalah tokoh yang diakui oleh masyarakat
karena orang tersebut dipandang pantas menjadi pemimpin dan panutan yang
disegani.Misalnya tokoh agama, ulama, pendeta, biksu, dan kiai. Pengendalian
sosial yang dilakukan tokoh agama terutama ditujukan untuk perilaku menyimpang
dari sudut nilai dan norma agama. Umumnya menggunakan pengendalian sosial
dilakukan dengan cara persuasif. Pada peristiwa tertentu kekuatan pengendalian
sosial tokoh masyarakat dapat lebih kuat dari pengendalian sosial lainnya.
Adat Lembaga
adat merupakan pengendalian sosial pada masyarakat tradisional.Adat berisi
nilai-nilai, norma-norma yang dipahami, diakui dan dipelihara terus menerus
oleh masyarakat dimana adat tersebut berada.Lembaga adat mengatur perilaku
anggota masyarakat agar tidak melakukan perilaku menyimpang. Pelaku
penyimpangan sosial akan dihukum seperti: ditegur, dikenakan denda atau sanksi,
dikucilkan atau diusir dari lingkungan masyarakatnya. Pihak yang berperan dalam
pengendalian ini adalah ketua adat.Berbeda dengan kepolisian dan pengadilan,
lembaga pengendalian sosial adat bersifat setempat berlaku untuk warga
masyarakat dimana adat tersebut hidup.Sebelum masyarakat mengenal lembaga
pengendalian sosial kepolisian dan pengadilan, lembaga pengendalian sosial adat
sudah terlebih dahulu ada untuk mengendalikan perilaku anggota masyarakatnya.
Walaupun tidak bersifat formal, lembaga pengendalian ini lebih kuat mengikat
masyarakat karena sudah mendarah daging melalui proses sosialisasi.
Erizal Norman lahir di
Tanjungpinangtanggal 9 September 1964, seorangpenyair yang multi talenta
terutamadalam mengumpat dan menyusun kata menjadi lirik-lirik yang kuat, menjadi bait-bait yang
sedap dibaca, mengalir bagaikan air, bergelombang ketika riaknya mencium bibir
pantai.
Eri yang akrab disapa oleh rekan-rekan seniman, tapi lebih suka dipanggil dengan sebutan “Eri Tempoyak atau Erizal Sang Lanon Kata” adalah keponakan dari budayawan, sastrawan, dramawan besar Riau Idroes Tin Tin penerima anugerah Bintang Budaya Parama Dharma dari pemerintah Republik Indonesia yang diserahkan langsung oleh Presiden RI yang merupakan anugerah tertinggi bidang kebudayaan.Teater adalah bidang kesenian yang ia geluti bersama pamannya Idroes Tin Tin, Dasri Al-Mubary dan Tusiran Suseno, yang mana ketiga dramawan tangguh ini telah dipanggil Oleh Tuhan Yang Maha Esa, jika penulis mengatakan bahwa Erizal Norman adalah sebagai pewaris keilmuannya tentulah tidak berlebihan.Tersebab Laut Kata ( 2009) bersama M Chandra dan Heru Untung Leksono, aktif bergiat dalam Pelantar sastra Tanjungpinang yang diawali dari sebuah rajukannya dalam berkesenian pada tahun 2007 dengan menjadi sopir angkutan kota, berkesenian hanya dalam hati sambil meratap kepedihan seiring berputarnya roda, kemudian tepat pada tahun 2008 ia mendirikan sanggar Bengkel Teater Zaman.Sosok Erizal Norman adalah lelaki yang tangguh yang multi talenta, dari mulutnya mengalir kata-kata pedas dalam mengumpat yang menjadi lucu ketika ia bercerita tanpa titik dan koma, Ia mampu menjadi sutradara yang baik dalam sebuah pementasan teater, baik diatas pentas maupun diluar pentas. Sebagai penyair karya-karyanya bernas dalam memilih kata dan sebagai cerpenis Ia adalah lelaki yang romantis ini jelas tergambar dari beberapa cerpennya yang mampu membuat para remaja berbunga-bunga jika membacanya.
Sang penyair pengate Erizal Norman adalah penyair yang berbakat yang ingin mengawinkan penghayatan peristiwa tanpa pernah mempergunakan terminologi teori puisi yang penting ia mampu memilih kata yang terpilih menjadi sajak yang mudah di interprestasikan oleh pembaca, sebagaimana ia sedang memperdalam ilmu barunya sebagai kameraman untuk sebuah penggambaran video atau film documenter.Begitulah, Erizal Norman penyair pengate dengan berbagai talenta, mencari insiprasi tak pernah berhenti, yang setiap kemunculannya seringkali tak kehilangan kata, berani mendedahkan sesuatu, jujur mengakui kesalahan sedikit ungkal menerima nasihat, manusia konvensional kataku.
Eri yang akrab disapa oleh rekan-rekan seniman, tapi lebih suka dipanggil dengan sebutan “Eri Tempoyak atau Erizal Sang Lanon Kata” adalah keponakan dari budayawan, sastrawan, dramawan besar Riau Idroes Tin Tin penerima anugerah Bintang Budaya Parama Dharma dari pemerintah Republik Indonesia yang diserahkan langsung oleh Presiden RI yang merupakan anugerah tertinggi bidang kebudayaan.Teater adalah bidang kesenian yang ia geluti bersama pamannya Idroes Tin Tin, Dasri Al-Mubary dan Tusiran Suseno, yang mana ketiga dramawan tangguh ini telah dipanggil Oleh Tuhan Yang Maha Esa, jika penulis mengatakan bahwa Erizal Norman adalah sebagai pewaris keilmuannya tentulah tidak berlebihan.Tersebab Laut Kata ( 2009) bersama M Chandra dan Heru Untung Leksono, aktif bergiat dalam Pelantar sastra Tanjungpinang yang diawali dari sebuah rajukannya dalam berkesenian pada tahun 2007 dengan menjadi sopir angkutan kota, berkesenian hanya dalam hati sambil meratap kepedihan seiring berputarnya roda, kemudian tepat pada tahun 2008 ia mendirikan sanggar Bengkel Teater Zaman.Sosok Erizal Norman adalah lelaki yang tangguh yang multi talenta, dari mulutnya mengalir kata-kata pedas dalam mengumpat yang menjadi lucu ketika ia bercerita tanpa titik dan koma, Ia mampu menjadi sutradara yang baik dalam sebuah pementasan teater, baik diatas pentas maupun diluar pentas. Sebagai penyair karya-karyanya bernas dalam memilih kata dan sebagai cerpenis Ia adalah lelaki yang romantis ini jelas tergambar dari beberapa cerpennya yang mampu membuat para remaja berbunga-bunga jika membacanya.
Sang penyair pengate Erizal Norman adalah penyair yang berbakat yang ingin mengawinkan penghayatan peristiwa tanpa pernah mempergunakan terminologi teori puisi yang penting ia mampu memilih kata yang terpilih menjadi sajak yang mudah di interprestasikan oleh pembaca, sebagaimana ia sedang memperdalam ilmu barunya sebagai kameraman untuk sebuah penggambaran video atau film documenter.Begitulah, Erizal Norman penyair pengate dengan berbagai talenta, mencari insiprasi tak pernah berhenti, yang setiap kemunculannya seringkali tak kehilangan kata, berani mendedahkan sesuatu, jujur mengakui kesalahan sedikit ungkal menerima nasihat, manusia konvensional kataku.
Banyak
membaca banyak ilmu, banyak bekerja banyak rezeki, banyak bergelut ke
pemerintah manjadi merintah, banyak bergelut ke sastra menjadi seniman. Ini lah
salah satu sosok seniman yang ada di Tanjungpinang. Bergelut dibidang Sastra
banyak sekali rintangan dan cobaan. Dalam sosial masyarakat manjadi supir
angkot bertahun-tahun, menjual kulkas untuk membawa rombongan sanggar. Apakah
setiap seniman pengerbanannya seperti itu?, bagai mana tanggapan pemerintah?,
tidak butuh pertanyaan banyak- banyak. Memang betul penyair kaya dengan
kata-kata, raja dalam kata, dan penguasa dalam mengolah kata-kata menjadi
indah.
Memang banyak kita jumpai sastrawan-
sastrawan dalam di kalangan sosial masyarakat yang kaya dengan kata- kata, raja
dalam kata. Namun tetapi tidak banyak kita jumpai gara-gara sastrawan seseorang
menjadi jutawan. Di sisi lain setiap manusia itu ada kelebihan dan ada
kekurangan, ada kaya ada miskin, ada malam ada siang, ada hidup pasti ada yang
mati. Begitu juga sengan profesi sesorang, kadang kala naik jabatan bisa saja
turun jabatan. Hidup ini seperti roda. Jadi, menurut saya miskin atau pun kaya
seseorang seniman itulah terletak keindahan suatu propesi seseorang sastrawan,
seniman tidak butuh kaya tapi butuh berkarya. Seniman harus mampu mengapresiasikan
karya- karyanya dikalangan masyarakat.
NAMA
INDRA B. 1
MATA
KULIAH SANGGAR SASTRA