Rabu, 25 April 2012

KRITIK TEATER "Mendu".



Setiap masyarakat termasuk masyarakat melayu pada umumnya, melayu Kepulauan Natuna pada khususnya telah mempunyai kedudayaan tersendiri yang dijadikan sebagai acuan dan dorongan dalam menggapai apa yang diharapkan berpungsi sebagai identitas, kepribadian, dan sarana komunikasi dalam memperkenalkan daerah masing-masing. Pada kesempatan ini saya mencoba mengkeritik Teater Mendu Kesenian Kabupaten Natuna.

            Mendu adalah salah satu kesenian khas Kabupaten Natuna yang berawal dari Pulau Laut, beberapa sumber menyebutkan bahwa pada awalnya kesenian Mendu dimainkan dan dikembangkan oleh Orang Kaya Maddun. Karena kedudukan orang kaya sangan kuat di Pulau Laut saat itu, maka permainan ini sangat cepat berkembang keseluruh wilayah kepulauan sekitar. Semenjak mulai dikembangkan, kesenian mendu ini selalu menggunakan syeh yang dibangkitkan atau dipanggil melalui mantra-mantra orang-orang menjadi tertarik untuk menyaksikan musik beserta nyanyian yang dilanturkan dalam pementasan kesenian mendu, jika bunyi musik  dan nyanyian mendu dilanturkan maka orang-orang sanggup datang dari jauh-jauh bahkan tidak pulang jika penampulan belum selesai hingga larut malam.

            Mendu adalah kesenian tiater rakyat khas Natuna yang mengisahkan tentang terbuangnya Putri Siti Mahdewi di tengah hutan yang berada di wilayah kerajaan Antapura karena kutukan sihir. Sang Putri terkena kutukan sihir karena menolak untuk diperistrikan oleh Raja Laksemalik. Dalam perjalanan nya di tengah hutan, putri bertemu dengan dua orang pemuda bersaudara yang gagah dan tampan yakni Dewa Mendu dan adiknya Angkara Dewa. Kedua pemuda bersaudara ini langsung memberikan pertolongan dengan membebaskan sang putri dari kutukan sihir. Namun kedua pemuda bersaudara ini akhirnya berselisih paham karena masing-masing menyukai putri Siti Mahdewi. Akhirnya sang adik pun mengalah dan putri Siti Mahdewi dipersunting oleh sang kakak Dewa Mendu. Kesenian ini telah ada sejak tahun 1970.
            Pada zaman dulu pertunjukan Mendu ini memiliki durasi sampai dengan 44 malam. Pementasan hari pertama hingga hari yang keempat puluh empat berlangsung hingga setiap malam. Hanya saja dalam perkembangannya kini pertunjukannya dapat dipersingkat hingga satu sampai dua hari bahkan bisa menjadi 2 jam saja.
            Di dalam kesenian Mendu ada dialog dan nyanyian. Lagu-lagu tersebut sebanyak sebagai tersebut: 1, Lagu nomor  Satu, Antara Dewa Mendu dengan Mamak Mentri. 2, Lagu serawak. 3, Lagu inda, Dewa Mendu dengan Wasir Mentri. 4, Lagu Pecah Wangkang. 5, Lagu Catuk, Lagu untuk Pahlawan. 6, Lagu Lemak Lamun, Dewa Mendu dengan Anaknya. 7, Lagu Singkawang, Dewa Mendu dengan Anaknya. 8, Lagu Bawang Putih, Tuan Putri sedang bermain di taman bunga. 9, Lagu air mawar, saat berperang. 10, Lagu hilang Wayat, saat berladung. 11, Lagu Taru Inai, Lahu Tok Imam, Tok Niaga, Tok Ketet. 12, Lagu membawa nasib. Tuan Putri saat berduka. 13, Lagu berkelana Kumum, pengiring saat berjalan di hutan. 14, Lagu Lakau, Datuk Mentri saat berperi.

            Setiap menciptakan segala hal pasti ada kelebuhan dan kekurangan. Di dalam teater mendu ini terdepat kekurangan dan kelebihannya. Kekurangan Teater Mendu yaitu: 1, Lagu-lagu yang diiringin dalam Seni Teater Mendu ini sangat sulit ditemukan, jadi. Sulit untuk dipelajari dan dimainkan khalayak umum. 2, waktu yang dipersembahakan cukup lama.Sedangkan Kelebihan dalam seni Teater Mendu ini iyalah: 1, Seni Teater Mendu Mengambarkan Khas Khazana dalam masyarakat Kabupaten Natuna. 

Saran
Persoalan tersebut tidak perlu dipermasalahan yang perting perlu dicari solusinya. Untuk itu sangat sayangnya andai kata suatu ciptaan dan karangan tidak dirasakan dan dinikmati sunggu sayang sekali. Oleh karena itu, pengembangan seni Teater Mendu Kabupaten Natuna perlu diarahkan pada pengembangan Teater nasional dan internasional yang berorientasi pada pelestarian budaya. Jika berhasil diciptakan pengembangan Teater Mendu yang memperhatikan kelestarian budaya, dapat diyakini bahwa dari waktu ke waktu Kabupaten Natuna akan tetap eksis sebagai daerah yang memiliki akar budaya yang kreatif dan mampu menjadi menyesuaikan diri bersama dengan pengembangan Teater.


NAMA INDRA KELAS B.1
MATA KULIAG SANGGAR SASTRA
DOSEN PEMBIMBING Drs. Suhardi, M. Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar