Pengertian puisi
Puisi
sebagai salah satu jenis sastra yang merupakan pernyataan sastra yang paling utama.
Segala unsur seni kesastraan mengental dalam puisi. Oleh karena itu, puisi dari
dulu hingga sekarang merupakan pernyataan seni sastra yang paling diminati oleh
kalangan sastrawan-sastrawan. Membaca puisi merupakan sebuah kenikmatan seni
yang istimewa. Oleh karena itu, dari dulu hingga sekarang puisi selalu
diciptakan orang dan selalu dibaca, pembacaan puisi diiringi dengan irama dan
gerakan-gerakan untuk lebih merasakan kenikmatan seninya dan nilai kejiwaannya
yang tinggi. Dari dulu hingga sekarang, puisi digemari oleh semua lapisan
masyarakat. Karena kemajuan masyarakat dari waktu ke waktu selalu meningkat,
maka corak, sifat, dan bentuk puisi pun selalu berubah, mengikuti perkembangan
selera, konsep estetika yang selalu berubah, dan kemajuan intelektual yang
selalu meningkat. Karena itu, pada waktu sekarang ujud puisi semakin komleks
dan semakin terasa sukar sehingga lebih
menyukarkan pemahamannya. Begitu juga halnya corak dan ujud puisi indonesia
moderen. Lebih-lebih hal ini disebabkan oleh hakekat puisi yang merupakan inti
pernyataan yang padat itu (Rachmat Djoko
Pradopo, 1987).
Puisi
sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya.
Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun
dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula puisi
dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam
puisi. Begitu juga, puisi dapat dikaji dari sedut kesejarahannya, mengingat
bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selalu ditulis dan selalu
dibaca orang. Sepanjang zaman puisi mengalami perubahan, perkembangan (Teeuw, 1980:12). Puisi selalu
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan secara berangsur-angsur
(evolusi) selera dan perubahan konsep estetikanya (Riffaterre,1978).
Menurut para ahli puisi itu adalah:
Samuel Taylor Coleridge
mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Carlyle berkata puisi merupakan
pemikiran yang bersifat musikal (berkenaan dengan musik atau bunyi-bunyian). Wordsworth puisi adalah pernyataan
perasaan yang imajinatif. Auden
mengemukakan puisi adalah pernyataan perasaan yang bercampur baur. Dunton berpendapat bahwa puisi itu
merupakan pemikiran manusia secara kongret dan artistik dalam bahasa emosional
serta berirama. Shelley mengemukakan
bahwa puisi adalah rekaman detik-detikyangpaling indah dalam hidup kita. Yang
dikutip oleh (Rachmat Djoko Prodopo dalam
bukunya Pengkajian Puisi, 2009: 6).
Di
samping itu, seseorang tidak akan dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa
mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya yang mengandung seni dan
keindahan, puisi juga memiliki makna
tersendiri yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna.
Oleh sebab itu, sebelum mengkaji aspek-aspek yang lain, perlu terlebih dahulu
puisi dikaji sebagai struktur yang bermakna dan bernilai seni dan keindahan.
Meskipun
sampai saat ini orang tidak dapat memberikan ketentuan dan batas arti
setepatnya apakah puisi itu, namun yang memahaminya perlu ketahui perkiraan
sekitar pengertian puisi. Secara gerakan orang dapat mengerti apakah puisi
berdasarkan konvensi wujud puisi, namun sepanjang sejarahnya wujud puisi selalu
berudah seperti yang dikemukakan Riffaterre
di atas.
Analisis Atrata Norma
Puisi
(sajak) merupakan sebuah susunan yang komleks, maka untuk memahaminya perlu
dianalisi sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya secara nyata
(Wellek dan Warren, 1968: 140). Karya sastra itu tak hanya merupakan satu
sistem norma. Masing-masingnorma menimbulkan lapis norma di bawahnya (Rene wellek 1968:151). Seorang Filsafat
Polandia, di dalam bukunya Das
Diterarische Kunstwerk (1931) ia menganalisis norma-norma itu sebagai
berikut. Lapisan norma pertama adalah lapis bunyi/ suara (Sound Stratum). Bila seseorang membaca puisi, maka yang terdengar
itu adalah rangkaian bunyi yang dibatasi jeda pendek, agak panjang, dan
panjang. Lapis bunyi itu menjadi dasar timbulnya lapis kedua, yaitu lapis arti.
Lapis arti (units of meaning) berupa
rangkaian fonem, suku kata, frase, dan kalimat. Semuanya itu merupakan
satuan-satuan arti. Yang dikemukakan oleh Rachmat
Djoko Pradopo dalam bukunya Pengajian
Puisi, 2009: 14 dan 15.
Untuk
lebih menjelaskan analisis strata norma tersebut maka dianalisis Puisi (sajak)
Chairil Anwar (Selamat Tinggal).
SELAMAT TINGGALGoresan Pena:Chairil Anwar
Aku berkaca
Ini muka penuh Luka
Siapa punya?
Kudengar seru menderu
..... dalam hatiku? .....
Apa hanya angin lalu?
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Ah.................. ??
Segala menebal, segala mengental
Segala takku kenal ................ !!
Selamat tinggal ................! !
Kumpulan Puisi Chairil Anwar
(Deru Campur
Debu), Cetakan kedelapan, 2010:5
Dari Sisi Lapis Suara
Sajak
tersebut berupa satuan-satua suara: suara suku kata, kata, dan berangkai
merupakan seluruh bunyi (suara)sajak itu: suara frase dan suara kaliamat. Jadi,
lapis bunyi dalam sajak itu iyalah semua satuan bunyi yang berdasarkan konvensi
bahasa tertentu, disini bahasa indonesia. Hanya saja, dalam puisi membicarakan
lapis bunyi haruslah ditujukan pada bunyi-bunyi atau pola bunyi yang bersifat
“istimewa” atau khusus, yaitu yang dipergunakan untuk mendapatkan efek puitis
atau nilai seni (Rachmat Djoko Pradopo, 2009:16)
Misalnya
dalam bait pertama baris pertama ada asonansi (peluang bunyi vokal pada deretan
kata) u dan a; ‘aku berkaca’. Di baris ke dua ada aliterasi a yang berulang-ulang:.... muka....
luka, siapa punya. Begitu juga dalam
baris keempat ada asonansi u: ‘seru-menderu’, baris kelima dan keenam dijumpai
kata ‘hatiku-lalu’ yang asonansinya u. Dan pola sajak akhiran bait ke-1, 2, 3, dan 4: yang bersajak aaa, karena di dalam puisi Chairil Anwar yang berjudul “Selamat
Tinggal” ini setiap bait memiliki tiga baris. Setiap si pengarang ingin bertanya,
memerintah meninggikan atau menaikan suatu nada bunyi, banyak sekali memberikan
tanda baca titk(.), tanda seru(!), dan tanda tanya(?) yang berlebihan. Contoh: Bait
kedua baris kedua; ..... dalam hatiku? ....., Bait ketiga baris ketiga; Ah..................
??, Bait keempat baris kedua; Segala tak kukenal ................ !!, dan Bait
keempat baris ketiga; Selamat tinggal ................ !!. Banyak dijumpai
tanda-tanda baca yang berlebihan.
Dari Sisi Lapis Arti
Satuan
terkecil berupa fonem. Satuan fonem berupa suku kata dan kata. Kata bergabung
menjadi kelompok kata, kalimat, alinea, bait, bab, dan seluruh cerita. Itu
semua satuan arti (Rachmat Djoko Pradopo, 2009:17).
Dalam
bait pertama, ‘Aku berkaca’ berarti;
Si penulis, menyadari dia harus mengoreksi diri, bahwa manusia itu memiliki
kekurangan dan kelebihan, menulis mencari dimana letak kekurangannya;
berteladan kepada; berkacalah kepada orang tua agar bersikap bijaksana. Pepatah
mengatakan ‘jangan bercermin (kaca) air
yang keruh’, maksudnya adalah jangan meniru perbuatan orang yang buruk. ‘Ini muka penuh luka siapa punya?’Si
penulis bertanya-tanya muka siapa yang luka, maksud luka disini iyalah muka
yang penuh dosa, seorang yang menderita, Kekurangan-kekurangan pribadi atau
keburukan-keburukan.
Dalam
bait kedua,‘Kudengar seru menderu..... dalam hatiku?
.....Apa hanya angin lalu?’. Si penulis bertanya-tanya di dalam hati,berita
yang didengardi telinganya sepintas laluapakah benar atau hanya sepintas angin
lalu saja. Dalam bait ketiga, ‘Lagu lain
pula Menggelepar tengah malam buta’ Si penulis menjadi pusing/ bingung
mengdengar lagu (tingkah laku atau suara-suara lain) di waktu tengah malam
buta(larut malam) apakah benar-benar berita itu terjadi. Tapi, Si penulis
Pusing yang mana ingin didengarnya, apakah bisikan dalam hatinya, bisikan
anging lalu yang melintas di telinganya atau lagu lain pula yang didengar di
waktu tengah malam. Lalu Si penulis mengambil keputusan, Si penulis berteriak, Ah..................??. walaupun
pikirannya masih bertannya-tanya.
Dalam bait keempat,’Segala menebal, segala mengentalSegala
takku kenal ................ !!’. Si penulis bulat mengambil keputusan
tegas bahwa yang dia pikirkan “segala menebal”, maksud menebal adalah
kasar dan tidak berbelas kasian. “segala mengental”, maksud mengental
adalah membeku, padat, keras hati Si penulis. “Segala takku
kenal................!!”. Si penulis sudah tidak memperdulikan lagi. Bahwa
dia percaya apa yang ada di dalam hati kecilnya bahwa Si penulis tidak menghiraukannya
(takku kenal). Maka Si penulis benar-benar tekat bahwa dia meninggalkan berita
atau ucapan orang lain yang bisa merugikannya. Maka Si penulis mengakhiri
puisinya dengan kata “Selamat tinggal
................! !”, maksud
selamat tinggal disini Si penulis percaya diri, harus sabar dan tenang
mengambil keputusan suatu masalah. Harus berpikir-pikir terlebih dahulu.
Di dalam gurindam dua belas pasal kesebelas bait keempat
karangan Raja Ali Haji bin Tengku Haji
Ahmad mengatakan “hendak marah dulukan hujah”. Maksudnya adalah orang yang
suka marah darahnya selalu naik akibatnya hilang akal sehat, perbuatan jelekpun
muncul. Dalam bait ini diisyaratkan untuk mendidik karakter, supaya karakter
marah jangan dipelihara. Marah harus tepat sasaran. Marah adalah perbuatan
tidak terpuji. Yang dikemukakanolehProf.
Dr. H. Maswardi Muhammad Amin, M. Pd, dalambukunyaPendidikan
karakter anak bangsa,
2011: 192.
Jadi, sangat tepatlah Si
penulis mengambil keputusan bahwa dia ingin meninggalkan, meninggalkan bukan
berarti tidak menerima kenyataan, tidak bertanggujawab, atau lari dalam
permasalahan. Tetapi, Si penulis tidak mau marah melihat kenyatan, tidak tau
dengan siapa si penulis ingin menghujah. Maka dari itu Si penulis mengatakan “Selamat tinggal ................! !”.
NAMA
INDRA KELAS B.1
MATA
KULIAHSANGGAR BAHASA
DOSEN
PEMBIMBING Drs. Suhardi, M. Pd
bisa disampaikan juga tidak, apa yang dimaksud dengan "aku berkaca"? dan suasana apakah yang tergambar dalam puisi tersebut?
BalasHapus"Aku berkaca"
Hapusmaksut yang saya pahami dan lain kepala berbeda pula pendampat. diri ini hanya menganalisis.
"Aku berkaca"
menilai baik buruknya diri sendiri.
Suasana yang dipakai.
Merintis
hehe.. gag nyangka, ketemu juga blog anak FKIP UMRAH.
BalasHapusbagus bg.,.. jempol dah. :)
:)
HapusTemanya apa
HapusAku berkaca
BalasHapusbukan buat ke pesta
Ini muka penuh luka
Siapa punya?
(y)
HapusTema nya apa ya.
BalasHapusSekalian nilai apa saja yang terdapat diputusin aku berkaca
Makasih
BalasHapusSilahkan belunjung ke Pena Pedia untuk mendapatkan berbagai maca kumpulan puisi lama sampai yang terbaru.
BalasHapusSalam wat PaK Suhardi..kawan saya dulu di UIN Jakarta kalo ga salah.. bliaun lulusanb Bahasa Indonesia UIN Jkt.
BalasHapusTemanya apa
BalasHapusSangat bermanfaat
BalasHapusapa suasana puisi selamat tinggal Karya Chairil Anwar
BalasHapus