Banyak sekali kita
jumpai Novel- novel di indonesia kehususnya di Kepulauan Riau benyak sekali Novel- novel bermacam
judul yang kita jumpai. Salah satunya Novel “Laksamana jangoi” yang ditulis oleh seseorang Mahasiswa Universitas
Maritim Raja Ali Haji, Program Studi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dari
Tanjungpinang, Roni.
Sosok Si pengarang Novel
“Laksmana Jangoi” ini anak keenam
dari enam bersaudara pasangan Saharman dan Rafi’ah bernama lengkap Muharroni.
Lahir di Tanjungpinang 31 Oktober 1981 sudah terhitung lama mengaktifkan diri
dalam dunia seni dan budaya, kehususnya seni dan budaya negeri.
Selain aktif dalam
bidang seni dan budaya, beliau juga
seorang Mahasiswa FKIP UMRAH dan sekarang seorang dosen Universitas
Maritim Raja Ali Haji program studi Pendidikan bahasa Indonesia ini juga aktif
di beberapa organisasi kepemudaan di Negri Pantun. Berbagai prestasi sudah
diraihnya mulai dari tingkat kelurahan hingga tingkat Internasional salah
satunya mendapatkan rekor muri berbalas pantun terlama di Taman Ismail Marzuki
(TIM) Jakarta. Dalam bidang menulis ini merupakan karya pertama dan besar
harapan kami akan muncul kerya lainnya.
Novel
diterbitkan pertama kali oleh UMRAH PRESS ini pada bulan Febuari Tahun lalu
mendapat tanggapan yang baik oleh kalangan pembaca seperti, Dr. Suhajar Diantoro, Ketua Yayasan Pendidikan Provinsi Kepulauan
Riau mengatakan“walaupun fiksi, namun ada yang sangat mendekati realita
kehudupan masyarakat kita dewasa ini, Sindirannya tajam namun halus dan lembut
untuk dicerna, sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh khalayak ramai”. Sedangkan Prof. Dr. Maswardi M. Amin, M. Pd,
Rektorat Universitas Maritim Raja Ali haji ini mengatakan Novel ini,
”Sungguh menarik, setting cerita masa kini yang bertaut erat dengan masa lalu
menjadikan ia punya kekhasan tersendiri, dan novel ini menjadi bukti bahwa
kreativitas orang-orang muda itu tiada batasnya”. Lain pula menurut Drs. H. Daeng Ayub Natuna, M. Pd, Pembantu
Rektor III UMRAH, ”Membaca Kisah Laksmana
Jangoi karya Muharroni ini kita seperti terbawa hanyut ke masa lampau
dengan dunia lanun-lanun, dan ke masa kini dengan korupsi. Ceritanya kocak,
penuh sindiran, serta penyadaran diri”. Menurut Abdul Malik, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMRAH,
ini Mengatakan “ Karya yang ditulis oleh seorang budak melayu yang lunak dalam
dunia sastra ini mampu memadukan kisah cinta, sindiran satir, terhadap realita,
dan komedi dalam satu ramuan yang sungguh menarik untuk dibaca, syabas!”. Dan
menurut Kurniawan seorang mahasiswa yang
berjabat sebagai Sekretaris Umum HimaProdi Bahasa Indonesia FKIP UMRAH
tentang novel Laksmana Jangoi ini
mengatakan “Sebuah karya yang menjadi pelecut semangat kami para Junior untuk berpacu
menghasilkan karya sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan bahasa Indonesia FKIP
UMRAH”.
Ada
beberapa yang perlu kita ketahui pada novel Laksmana
Jangoi ini. Yang pertama Kelebihan novel ini warna sampul yang khas membuat
kehalayak nyaman untuk memilikinya. Yang kedua, adalah kita melihat gambar
sampul buku, melihat sosok seseorang yang lagi berdiri samar- samar jadi si pembaca
penasaran siapakah seseorang itu? Seolah-olah gambar seseorang itu memaksa kita
untuk membaca buku novel yang berjudul Laksamana
Jangoi. Ketiga, susunan kata demi kata membuat pencinta novel membacanya menggeli
perut rasanya memiliki humor tersendiri. Akan tetapi jika dilihat dari segi
bentuknya, Sosok lelaki berdiri tegak kedua tangannya melipat di suasana yang
sepertinya diwaktu senja hari seolah-olah ada yang ditunggunya. Seandainya ada
yang ditunggu, Siapa yang ditunggunya?.
Dari
sudut pandang, sebagaimana yang dikatakan Prof. Dr. Mursal Esten dalam sebuah
karyanya yang berjudul Pengantar teori
dan sejarah sasrta indonesia yang saya kutip di buku sastra kita, keritik, dan loka
litaspengarang Drs. Suhardi, M. Pd di halaman 195 mengatakan bahwa
karya itu lahir karena adanya reaksi atas kondisi masyarakat, hal itu biasanya
disampaikan pengarang dengan menggunakan gaya bahasa yang cukup halus agar
masyarakat tidak merasa tersinggung. Akan tetapi mampu menangkap dengan tepat
pesan-pesan yang disampaikan pengarang di dalam pengarangnya.
Karena
itulah, guna merespon apa yang disampaikan pengarang dalam novel Laksmana Jangoi ini kepada seluruh
masyarakat yang menikmati novel ini perlu kita ketahui karena permasalahan itu
pasti ada jalan keluarnya. Oleh sebab itu novel ini perlu dilaksanakan
pemedahan novel agar tidak menimbulkan pro dan kontra, karena ada kata-kata
atau sindiran-sindiran tajam namun halus dan lembut di cerna, bisa saja
khalayak membaca tidak sepaham dan sependapat apa yang dikatakan oleh si
pengarang. Yang saya kutip dan saya cerna dalam buku satra kita, keritik, dan lokalitas pengarang Drs. Suhardi, M. Pd
mengatakan Abrams salah seorang kritikus sastra dunia menawarkan empat
pendekatan yang dapat digunakan sebagai pisau pembedah sastra, yaitu: pertama Pendekatan ekpresif, yaitu
pendekatan yang lebih menitik beratkan pada hubungan karya sastra dengan
pengarangnya sendiri; kedua pendekatan
mimesis, yaitu pendekatan yang lebih menitik beratkan hubungan karya satra
dengan realitasmasyarakat yang ada; ketiga
pendekatan pragmatik, yaitu pendekatan yang lebih menfokuskan diri pada
hubungan teks sastra dengan pembaca sebagai penikmat; dan yang keempat
pendekatan obyektif, yaitu pendekatan yang lebih menitik beratkan teks sebagai
suatu yang otonom.
Dengan
empat pendekatan yang di paparkan Drs. Suhardi, M.Pd menurut Abrams tersebut,
novel yang cetakan pertama pada tahun 2011 ini dapat dilihat beberapa sudut
pandang, yaitu dari aspek sensitivitas yang dimiliki oleh seseorang pengarang,
pemanfaatan imajinasi oleh pengarang, intelektualitas pengarang dalam realitas
yang ada di sekeliling pengarang.
Aspek sensitivitas pengarang
Dengan daya pikiran dan
kekuatan sensitivitas yang dimiliki pengarang terhadap suasana disekilingnya,
yang menyebabkan pengarang tidak abisnya obyek penulisan. yang dipaparkan Drs.
Suhardi, M. Pd dalam bukunya satra kita,
keritik, dan lokalitassebagai mana yang dikemukakanProf. Dr. Hasanudin W.
S. Bahwa sebuah karya akan lahir jika sang penulis memiliki dua modal pokok,
yaitu Kreativitas dan sensitivitas.
Dimata Si penulis
memberikan judul “Laksmana Jangoi”
ini sesuai dengan di daerah kehidupan si penulis yang berada di kepulauan yang
seper 70% lautan dan seper 30% daratan. Tokoh-tokoh yang disajikan si pengarang
dalam novel ini Seorang Lanun yang memiliki Kapal Ajaib dengan perwatakan
pendiam,gagah, wibawa, walau kadang-kadang gila, suka menolong, rajin menabung,
baik hati dan betul-betul penuh kharisma, dan memiliki ratusan Anak Buah Kapal
(ABK).
Imajinasi pengarang
Kenyataan
si pengarang karangan yang dipersembahkan untuk kalangan pembaca di dalam novel
“Laksmana Jangoi” begitu menyatu oleh
situasi saat ini akan tetapi sesuatu yang tidak bisa dihindari dan tidak bisa
dibantah oleh kenyataan yang dipersembahkan untuk pembaca bukanlah kenyatan
yang tulen. Akan tetapi hasil perpaduan kenyataan yang ada di sekeliling si
pengarang dengan kenyataan di dalam diri si pengarang. Satu tujuan dengan hal
yang ada, pemanfaatan imajinasi pengarang dalam karangannya “Laksmana Jangoi” terlihat pula ada
beberapa kekurangan yang dikatakan belum seutuhnya baik dan benar. Salah
satunya tidak memiliki catatan kaki disetiap makna kata yang sulit untuk
dipahami dan dicerna oleh khalayak pembaca.
Nama INDRA
Mata Kuliah Sanggar
Bahasa
Dosen pembimbing Drs. Suhardi, M. Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar