Rabu, 25 April 2012

Novel “Laksamana Jangoi” Novel yang menggeli perut dan Kacak



Banyak sekali kita jumpai Novel- novel di indonesia kehususnya di Kepulauan  Riau benyak sekali Novel- novel bermacam judul yang kita jumpai. Salah satunya Novel “Laksamana jangoi” yang ditulis oleh seseorang Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji, Program Studi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dari Tanjungpinang, Roni.
Sosok Si pengarang Novel “Laksmana Jangoi” ini anak keenam dari enam bersaudara pasangan Saharman dan Rafi’ah bernama lengkap Muharroni. Lahir di Tanjungpinang 31 Oktober 1981 sudah terhitung lama mengaktifkan diri dalam dunia seni dan budaya, kehususnya seni dan budaya negeri.
Selain aktif dalam bidang seni dan budaya, beliau juga  seorang Mahasiswa FKIP UMRAH dan sekarang seorang dosen Universitas Maritim Raja Ali Haji program studi Pendidikan bahasa Indonesia ini juga aktif di beberapa organisasi kepemudaan di Negri Pantun. Berbagai prestasi sudah diraihnya mulai dari tingkat kelurahan hingga tingkat Internasional salah satunya mendapatkan rekor muri berbalas pantun terlama di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Dalam bidang menulis ini merupakan karya pertama dan besar harapan kami akan muncul kerya lainnya.
            Novel diterbitkan pertama kali oleh UMRAH PRESS ini pada bulan Febuari Tahun lalu mendapat tanggapan yang baik oleh kalangan pembaca seperti, Dr. Suhajar Diantoro, Ketua Yayasan Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau mengatakan“walaupun fiksi, namun ada yang sangat mendekati realita kehudupan masyarakat kita dewasa ini, Sindirannya tajam namun halus dan lembut untuk dicerna, sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh khalayak ramai”. Sedangkan Prof. Dr. Maswardi M. Amin, M. Pd, Rektorat Universitas Maritim Raja Ali haji ini mengatakan Novel ini, ”Sungguh menarik, setting cerita masa kini yang bertaut erat dengan masa lalu menjadikan ia punya kekhasan tersendiri, dan novel ini menjadi bukti bahwa kreativitas orang-orang muda itu tiada batasnya”. Lain pula menurut Drs. H. Daeng Ayub Natuna, M. Pd, Pembantu Rektor III UMRAH, ”Membaca Kisah Laksmana Jangoi karya Muharroni ini kita seperti terbawa hanyut ke masa lampau dengan dunia lanun-lanun, dan ke masa kini dengan korupsi. Ceritanya kocak, penuh sindiran, serta penyadaran diri”. Menurut Abdul Malik, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMRAH, ini Mengatakan “ Karya yang ditulis oleh seorang budak melayu yang lunak dalam dunia sastra ini mampu memadukan kisah cinta, sindiran satir, terhadap realita, dan komedi dalam satu ramuan yang sungguh menarik untuk dibaca, syabas!”. Dan menurut Kurniawan seorang mahasiswa yang berjabat sebagai Sekretaris Umum HimaProdi Bahasa Indonesia FKIP UMRAH tentang novel Laksmana Jangoi ini mengatakan “Sebuah karya yang menjadi pelecut semangat kami para Junior untuk berpacu menghasilkan karya sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan bahasa Indonesia FKIP UMRAH”.
            Ada beberapa yang perlu kita ketahui pada novel Laksmana Jangoi ini. Yang pertama Kelebihan novel ini warna sampul yang khas membuat kehalayak nyaman untuk memilikinya. Yang kedua, adalah kita melihat gambar sampul buku, melihat sosok seseorang yang lagi berdiri samar- samar jadi si pembaca penasaran siapakah seseorang itu? Seolah-olah gambar seseorang itu memaksa kita untuk membaca buku novel yang berjudul Laksamana Jangoi. Ketiga, susunan kata demi kata membuat pencinta novel membacanya menggeli perut rasanya memiliki humor tersendiri. Akan tetapi jika dilihat dari segi bentuknya, Sosok lelaki berdiri tegak kedua tangannya melipat di suasana yang sepertinya diwaktu senja hari seolah-olah ada yang ditunggunya. Seandainya ada yang ditunggu, Siapa yang ditunggunya?.
            Dari sudut pandang, sebagaimana yang dikatakan Prof. Dr. Mursal Esten dalam sebuah karyanya yang berjudul Pengantar teori dan sejarah sasrta indonesia yang saya kutip di buku sastra kita, keritik, dan loka litaspengarang Drs. Suhardi, M. Pd di halaman 195 mengatakan bahwa karya itu lahir karena adanya reaksi atas kondisi masyarakat, hal itu biasanya disampaikan pengarang dengan menggunakan gaya bahasa yang cukup halus agar masyarakat tidak merasa tersinggung. Akan tetapi mampu menangkap dengan tepat pesan-pesan yang disampaikan pengarang di dalam pengarangnya.
            Karena itulah, guna merespon apa yang disampaikan pengarang dalam novel Laksmana Jangoi ini kepada seluruh masyarakat yang menikmati novel ini perlu kita ketahui karena permasalahan itu pasti ada jalan keluarnya. Oleh sebab itu novel ini perlu dilaksanakan pemedahan novel agar tidak menimbulkan pro dan kontra, karena ada kata-kata atau sindiran-sindiran tajam namun halus dan lembut di cerna, bisa saja khalayak membaca tidak sepaham dan sependapat apa yang dikatakan oleh si pengarang. Yang saya kutip dan saya cerna dalam buku satra kita, keritik, dan lokalitas pengarang Drs. Suhardi, M. Pd mengatakan Abrams salah seorang kritikus sastra dunia menawarkan empat pendekatan yang dapat digunakan sebagai pisau pembedah sastra, yaitu: pertama Pendekatan ekpresif, yaitu pendekatan yang lebih menitik beratkan pada hubungan karya sastra dengan pengarangnya sendiri; kedua pendekatan mimesis, yaitu pendekatan yang lebih menitik beratkan hubungan karya satra dengan realitasmasyarakat yang ada; ketiga pendekatan pragmatik, yaitu pendekatan yang lebih menfokuskan diri pada hubungan teks sastra dengan pembaca sebagai penikmat; dan yang keempat pendekatan obyektif, yaitu pendekatan yang lebih menitik beratkan teks sebagai suatu yang otonom.
            Dengan empat pendekatan yang di paparkan Drs. Suhardi, M.Pd menurut Abrams tersebut, novel yang cetakan pertama pada tahun 2011 ini dapat dilihat beberapa sudut pandang, yaitu dari aspek sensitivitas yang dimiliki oleh seseorang pengarang, pemanfaatan imajinasi oleh pengarang, intelektualitas pengarang dalam realitas yang ada di sekeliling pengarang.
Aspek sensitivitas pengarang
Dengan daya pikiran dan kekuatan sensitivitas yang dimiliki pengarang terhadap suasana disekilingnya, yang menyebabkan pengarang tidak abisnya obyek penulisan. yang dipaparkan Drs. Suhardi, M. Pd dalam bukunya satra kita, keritik, dan lokalitassebagai mana yang dikemukakanProf. Dr. Hasanudin W. S. Bahwa sebuah karya akan lahir jika sang penulis memiliki dua modal pokok, yaitu Kreativitas dan sensitivitas.
Dimata Si penulis memberikan judul “Laksmana Jangoi” ini sesuai dengan di daerah kehidupan si penulis yang berada di kepulauan yang seper 70% lautan dan seper 30% daratan. Tokoh-tokoh yang disajikan si pengarang dalam novel ini Seorang Lanun yang memiliki Kapal Ajaib dengan perwatakan pendiam,gagah, wibawa, walau kadang-kadang gila, suka menolong, rajin menabung, baik hati dan betul-betul penuh kharisma, dan memiliki ratusan Anak Buah Kapal (ABK).
Imajinasi pengarang
            Kenyataan si pengarang karangan yang dipersembahkan untuk kalangan pembaca di dalam novel “Laksmana Jangoi” begitu menyatu oleh situasi saat ini akan tetapi sesuatu yang tidak bisa dihindari dan tidak bisa dibantah oleh kenyataan yang dipersembahkan untuk pembaca bukanlah kenyatan yang tulen. Akan tetapi hasil perpaduan kenyataan yang ada di sekeliling si pengarang dengan kenyataan di dalam diri si pengarang. Satu tujuan dengan hal yang ada, pemanfaatan imajinasi pengarang dalam karangannya “Laksmana Jangoi” terlihat pula ada beberapa kekurangan yang dikatakan belum seutuhnya baik dan benar. Salah satunya tidak memiliki catatan kaki disetiap makna kata yang sulit untuk dipahami dan dicerna oleh khalayak pembaca.

Nama INDRA
Mata Kuliah Sanggar Bahasa
Dosen pembimbing Drs. Suhardi, M. Pd
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar