Senin, 16 April 2012

MEDITASI


Karya: Goenawan Mohamad

Dalam tiga waktu
Apa lagikah yang mesti diucapkan
Dalam gaung waktu bersautan ?
Di empat penjuru
Malaikat pun berlagu, lewat kabut
Dan terasa
Hari berbisik

Ada sekali peristiwa
Di relung-relung sunyi Hira
Terdengar seru :
”bacalah dengan nama Tuhanmu”

Maka terbacalah,
Tapi terbaca juga sepi ini kembali,
Menggetar, pada senyum penghabisan
Dan jatuh dalam sajak,
Sajak yang melambaikan tangan, terbuka
Dan bicara dengan senja di atas cakrawala:
Ada sesuatu yang terpandang bening
Dalam diriku, antara dinding,
Dimana terbunuh nama-Mu
Yang menjanjikan damai itu.

Bila langit pun kosong, dan berserakan bintang
Mengisinya : tidakkah akan kami gelisahkan, Tuhan
Segala ini? Tidakkah semacam duka
Untuk memburu setiap kata, setiap justa
Tentang kejauhan-Mu, tentang rahasia?
Sebab Engkaulah arah singgah
Yang penuh penjuru
Seperti bumi, hati dan mungkin puisi
Yang berkata lewat sepi, lewat usia
Kepadaku

Maka siapkan waktu
Dengan suara-Mu tegap
Yang sediam lembut
Detik-detik darah tersekap
Sementara baringkan

Kota dalam tidur jauh, malam

Berikan pula kami antara diam ini
Percakapan tiada sedih. Hanyalah malam
Yang makin tebal bila larut. Hanyalah lengang
Yang tertentang di ruang kusut. Tapi kami yang diam
Bisa bicara, tuhan, dalam selaksa warna-warni
Dan tidak ada perlunya sorga, dalam kemerdekaan
Seperti ini

Yang terhuni
Suara-suara bersendiri
Tak ada perlunya sorga yang jauh
Yang pasti dingin menyentuh:
Tanah yang dijanjikan
Dan telah ditinggalkan

Memusat matahari di bumi yang siang
Terpukau air kemarau, rumputan kering di padang-padang
Inipun satu malam, dan kami mengerti
Jauh dari iendra yang telanjang. Di tepi-tepi
Mencecah terik : namun di manakah sedih suara
Antara bisik-bisik jantung yang mengungkapkan kata-kata?

Ada sekali peristiwa
Di relung-relung sunyi
Terdengar seru :
”Bacalah nama Tuhanmu”

Maka berikanlah sunyi itu kembali
Sebab kami mengerti : Engkau tak hendakkan
Kami terima sedih alam ini,
Alam yang sendiri,
Yang terhampar jauh, sahabat tak terduga
Kabarkan: apa lagikah yang terucapkan,
Dalam gaung waktu bersautan
Yang begini damai, senyap,
Tuhan, begini menyekap.

1962

Tidak ada komentar:

Posting Komentar