Senin, 16 April 2012

API


Karya: Kuntowijoyo


Yang tak pernah memetik api
Terkutuk untuk tinggal di bukit kapur
Menunggu sumur tua
Yang mata airnya
Mendengarkan kesiur angina kering
Yang menotok telinga

Sebab hidup selalu sebaiknya. Mereka yang tak
Sernah menempa api
Tak mengerti sejuk air
Bahkan ketika mengosongkan gelas
Sesudah tamu terakhir melangkah pintu

Api sebagai sukma
Ia mengembara
Dan jatuh kasihan hanya pada leleki
Yang kasar tangannya
Dan sanggup menggenggam bara
Ketika api sedang bercinta

Karena api suka pada laki-laki
Maka ia nyalakan matanya. Sebab hidup selalu
Sebaliknya: mata lelaki juga mata menjangan
Juga mata singa
Juga mata garuda
Juga mata naga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar